Tugas Softskill 6 - Manajemen Laba Dan Informasi Asimetris


        1.     Pengertian Manajemen Laba
               Ilmu akuntansi.web.id, Copeland (1968 :10) dalam Utami (2005) mendefinisikan manajemen laba sebagai, “some ability to increase or decrease reported net income at will”. Ini berarti bahwa manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajer. Scott (2000) dalam Rahmawati dkk. (2006) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua.
  1. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (opportunistic earnings management). 
  2. Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (efficient earnings management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Pengertian Manajemen Laba menurut ahli
  1. Pengertian manajemen laba menurut Schipper (1989) dalam Rahmawati dkk. (2006) yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut).
  2. Pengertian manajemen laba menurut Assih dan Gudono (2000) manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Addopted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan.
  3. Pengertian manajemen laba menurut Fischer dan Rozenzwig (1995) manajemen laba adalah tindakan manajer yang menaikkan (menurunkan) laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang.
  4. Pengertian manajemen laba menurut Healy dan Wallen (1999) manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Manajemen Laba adalah usaha manajer atau manajemen dalam menaikkan (menurunkan) laba dengan tujuan tertentu sehingga memperoleh beberapa keuntungan privat tetapi tidak untuk kepentingan profitabilitas perusahaan jangka panjang.


Faktor-faktor pendorong manajemen laba Dalam Positif Accounting Theory terdapat tiga faktor pendorong yang melatar belakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986), yaitu:

        1.     Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan laba lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.
2.   Debt Covenant Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba (Sweeney, 1994 dalam Rahmawati dkk, (2006). Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.
3.  Political Cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya: mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.
Pembentukan Manajemen Laba

Menurut Sutrisno (2002), terdapat beberapa aspek manajemen laba yang berhubungan dengan tujuan penelaahan dan studi yang relevan, yaitu:
1. Manajemen dapat menggunakan pertimbangan dari pengaruh pelaporan keuangannya. Sebagai contoh, pertimbangan yang disyaratkan untuk mengestimasi jumlah kejadian ekonomi dimasa mendatang yang direfleksikan dalam laporan keuangan, seperti taksiran ekonomis dan nilai sisa aktiva tetap, keuntungan dari penangguhan pajak, kerugian piutang, dan sebagainya.
2. Kerangka definisi tujuan dari manajemen laba adalah untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada stakeholders atau beberapa kelompok stakeholders tentang kinerja yang mendasari ekonomi perusahaan. Manajer dapat menggunakan pertimbangan akuntansi untuk melakukan pelaporan keuangan yang lebih informatif kepada pemakai.
3. Untuk menentukan pelaksanaan yang lebih awal, manajemen dapat menggunakan laporan keuangan dengan pertimbangan cost and benefit. Cost merupakan potensi kesalahan alokasi sumber daya yang timbul dari manajemen laba, sedangkan benefit meliputi potensi pengembangan kredibilitas komunikasi manajemen dari informasi privat untuk stakeholders eksternal.

2. Pengertian Asimetris informasi
Dalam bidang ekonomi, asimetri informasi terjadi jika salah satu pihak dari suatu transaksi memiliki informasi lebih banyak atau lebih baik dibandingkan pihak lainnya. (Sering juga disebut dengan istilah informasi asimetrik/informasi asimetris). Umumnya pihak penjual yang memiliki informasi lebih banyak tentang produk dibandingkan pembeli, meski kondisi sebaliknya mungkin juga terjadi. Contoh situasi dimana penjual memiliki informasi lebih baik ada banyak, termasuk di dalamnya penjual mobil bekas, pialang saham, agen real estate, dan asuransi jiwa.
Informasi akuntansi yang berkualitas berguna bagi investor untuk menurunkan asimetri informasi. Asimetri informasi timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa depan dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Ketika timbul asimetri informasi, keputusan ungkapan yang dibuat oleh manajer dapat mempengaruhi harga saham sebab asimetri informasi antara investor yang lebih terinformasi dan investor kurang terinformasi menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas yang diharapkan dalam pasar untuk saham-saham perusahaan (Komalasari, (2000) dalam Siti, (2004).
Asimetris informasi merupakan sebuah konsep yang paling penting dalam teori akuntansi keuangan. Karena hal ini berhubungan dengan keputusan investasi yang dilakukan oleh investor, karena dengan adanya asimetris informasi mengakibatkan investor memiliki informasi yang berbeda. Contohnya saat salah satu investor memiliki informasi yang lebih sedikit maka dia kekurangan informasi sehingga mempengaruhi keputusan investasi yang akan diambilnya dan sebaliknya saat dia memiliki informasi yang lebih banyak dia bisa memutuskan investasi yang menguntungkan baginya. Oleh karena itu adanya perbedaan informasi yang diperoleh dapat merugikan investor.

 Ada dua tipe asimetri informasi :
1. Adverse Selection
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar.
2. Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.
Hubungan Antara Asimetris informasi dengan Manajemen Laba
Schift dan Lewin (1970) dalam Hartono dan Riyanto (1997), menyatakan bahwa agent berada posisi yang mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Sehingga dalam kondisi semacam ini principal seringkali pada posisi yang tidak diuntungkan. Dalam penyajian informasi akuntansi, khususnya penyusunan laporan keuangan, agent juga memiliki informasi yang asimetri sehingga dapat lebih fleksibel mempengaruhi pelaporan keuangan untuk memaksimalkan kepentingannya.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2002).   Namun karena adanya kondisi yang asimetri, maka agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.
Teori Keagenan
Masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar dari para peneliti di bidang akuntansi keuangan (Fuad, 2005). Masalah agensi timbul karena adanya konflik kepentingan antara shareholder dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal antara mereka. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun disisi yang lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka.  Sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, 1976).
Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanyaasimetry information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitynya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor.

Peran Asimetris Informasi dalam Manajemen Laba.
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa asimetri informasi dapat mempengaruhi manajemen laba. Teori keagenan (Agency Theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimisasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi.
Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Richardson (1998) dalam Rahmawati dkk. (2006) berpendapat bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara magnitut asimetri informasi dengan tingkat manajemen laba. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer.

Referensi:


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tugas Softskill 5 - Artikel Bhopal Union Carbide

INSPECT
Inspect is Critically discuss or investigate (look carefully scan scrutinize) without complete verification. Verification is more perfect than the inspection.

4EB10 INSPECT
1. Hana Carlina                        (23211172)
2. Rachma Annastari              (25211695)
3. Rizka Desti Arini                  (26211313)
4. Zaskya Eka Ambarini           (27211726)

1. What are the ethical issues raised by the case ?
Answer:
Ethical issues of this case regarding environmental negligence and responsibility which has resulted in many casualties of poisonous methyl isocyanate gas leak from the Union Carbide pesticide plant, Safety measures are not implemented because a cooling unit that should have switched on automatically for neutralize the chemical had been disable and the scrubber had been shut down for maintenance, Chairman eliminate money for several years, No organization structured to handle a disaster, The shareholders was angry because they had suffered losses of more than $1 billion.

2. Did the legal doctrine of “Limited Liability” apply to protect the shareholders of Union Carbide Corporation (U.S.) ?
Answer:
No, the legal doctrine does not apply to protect shareholders but detrimental to shareholders, causing anger of the shareholders as a result of the losses suffered. in addition the company's debit was swelling up to $1 billion and this causes made the shareholders had suffered losses. The Indian government has refused to give compensation to 2,000 people were killed and 200,000 injured victims so that compensation for this incident are borne by the shareholders.

3. Where the Indian operations, which were being overseen by the managers of Union Carbide Corporation (U.S.), in compliance with legal or moral or ethical standards?
Answer:
Not in accordance with the laws, norms and ethics because Union Carbide has ignored the warnings given by the American manager to fix 10 major weakness in equipment and safety procedures. Thus, the occurrence of a gas leak and cause many casualties resulting from the negligence of Union Carbide. And has not met the legal and ethical standards set by the parent company. Therefore, many incident - unexpected incident occur in the plant as a result of employee negligence and lack of training provided and because most of the employees are illiterate and do not know the dangers of chemical pesticides are used so that they mix the water into tanks containing methyl isocyanate causing many toxic gases.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tugas Sofskill 4 - Analisis Jurnal Bahasa Inggris


Analisis Jurnal Bahasa Inggris




ANALISIS JURNAL BAHASA INGGRIS

1.      Masalah :   Efek Moderasi Corporate Governance Pada Hubungan Corporate Social Responsibility Dan  Nilai Perusahaan
2.      Objek Pelitian : Perusahaan
3.      Variabel : Variabel Pemoderasi adalah CG yangdiproksikan menggunakan:
        Kepemilikan manajerial yang diukurdengan persentase kepemilikansaham dewan direksi dan dewankomisaris dibagi jumlah saham yangberedar, Kepemilikan institusional yangdiukur dengan persentasekepemilikan saham oleh perbankan,perusahaan asuransi, dana pensiun,reksadana, dan institusi lain dibagitotal jumlah saham beredar, Proporsi komisaris independen yangdiukur dengan persentase jumlahkomisaris independen dibagi dengantotal jumlah anggota dewankomisaris, anggota komite audit yangdiukur dengan menghitung jumlahanggota komite audit dalamperusahaan sampel
        4.      Data : Populasi penelitian ini adalahseluruh perusahaan manufaktur yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008.
        5.      Analisis Data : Analisis data yang dilakukan meliputi analisis faktor, statistik deskriptif dan analisis regresi.

Analisis Faktor
Hasil pengujian melalui analisisfaktor menunjukkan bahwa penelitianini melalui dua tahap analisis. Hasilanalisis pertama menunjukkan bahwavariabel kepemilikan manajerial tidakdigunakan lagi pada analisisselanjutnya karena memiliki nilaikorelasi <0,5 yaitu sebesar 0,399.Analisis kedua dilakukan menggunakantiga variabel corporate governance   lainnya yaitu kepemilikan institusional,komisaris independen, dan komite auditsehingga menghasilkan skor faktor yangakan digunakan dalam analisis regresi.Hasil pengujian validitas analisis faktorditunjukkan pada Tabel 2. Statistik Deskriptif Hasil pengujian statistik deskriptif  yang ditunjukkan pada Tabel 3menunjukkan bahwa variabel Tobin’s Qmemiliki nilai minimum 0,80, nilaimaksimum 1,59, rata-rata 1,1303, dandeviasi standar 0,16903. Nilai rata-ratasebesar 1,1303 menunjukkan bahwarata-rata investasi pada perusahaansampel menghasilkan laba yangmemberikan nilai yang lebih tinggidaripada pengeluaran investasi. Hal iniberarti investasi pada perusahaansampel masih menarik untukdilakukan. Variabel CSRI memiliki nilaiminimum 0,14, nilai maksimum 0,87,rata-rata 0,4790, dan deviasi standar0,15744. Hasil ini menunjukkan bahwarata-rata tanggung jawab sosialperusahaan cukup tinggi sehinggadiharapkan akan direspon positif olehinvestor melalui peningkatan harga saham. Analisis Regresi Hasil uji asumsi klasik dilakukanmenggunakan tiga uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, multikolinearitasdan heteroskedastisitas. Hasil ujinormalitas menunjukkan tingkatsignifikansi diatas 0,05, berarti bahwavariabel-variabel dalam penelitian iniberdistribusi normal. Hasil ujimultikolinearitas menunjukkan nilai 35 toleransi lebih dari 10% dan nilai VIFkurang dari 10 sehingga dikatakantidak ada multikolinearitas dalammodel regresi yang digunakan. Hasil ujiheteroskedastisitas menunjukkan nilaisignifikansinya diatas 5% sehinggadisimpulkan tidak terdapatheteroskedastisitas dalam modelregresi.Nilai R sebesar 0,651 pada Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat korelasiantara variabel independen denganvariabel dependen sebesar 65,1%.Artinya nilai perusahaan mempunyaihubungan yang kuat dengan variabelCSRI, CG dan variabel interaksiAbsCSRIxCG karena diperoleh nilaikoefisien korelasi lebih besar dari 0,5.Nilai F yang ditampilkan pada Tabel 5menunjukkan signifikansi sebesar0,000. Hasil ini menunjukkan bahwamodel regresi tersebut dapat digunakanuntuk memprediksi nilai To bins’Q. Dapat disimpulkan bahwa variabelCSRI, CG, dan variabel interaksiAbsCSRIxCG secara bersama-samaberpengaruh pada nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q. Hasil uji statistik t yang terdapat pada Tabel 6 menunjukkan bahwa variabelCSRI, CG, dan variabel interaksiAbsCSRIxCG berpengaruh secara parsial pada nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q.

Pengujian Hipotesis Pertama
Hasil uji statistik pada Tabel 6menunjukkan bahwa pengungkapanCSR berpengaruh pada nilaiperusahaan. Hal ini sejalan denganparadigma enlightened self-interest  Yang menyatakan bahwa stabilitas dankemakmuran ekonomi jangka panjanghanya dapat dicapai jika perusahaanmelakukan tanggung jawab sosialkepada masyarakat (Hartanti, 2006).Beberapa hal yang dapat menyebabkanCSR berpengaruh pada nilaiperusahaan yaitu:
(1) manajemenmenyadari arti penting CSR sebagaiinvestasi sosial jangka panjang,
(2)manajemen memahami bahwatanggung jawab perusahaan tidakhanya untuk pemegang saham tetapi
juga pihak-pihak lain yangberkepentingan,
(3) pengungkapan CSRmerupakan sinyal positif bahwaperusahaan telah menerapkan
good corporate governance .
(4) informasitanggung jawab sosial perusahaan telahdirespon baik oleh investor, (5)perusahaan telah melakukanpengkomunikasian pesan CSR secaratepat sehingga makna CSR dapatditerima dengan baik oleh pihak-pihaklain yang berkepentingan. Dengandemikian, dapat disimpulkan bahwahasil penelitian ini menerima hipotesis pertama.

Pengujian Hipotesis Kedua
Penelitian ini menunjukkan bahwapengungkapan corporate governance  berpengaruh pada nilai perusahaan.Beberapa hal yang dapat menyebabkan corporate governance  berpengaruh padanilai perusahaan yaitu:
(1) tingginyakesadaran perusahaan untukmenerapkan good corporate governance  sebagai suatu kebutuhan, bukansekedar kepatuhan terhadap regulasi yang ada,
(2) manajemen perusahaantertarik dengan manfaat jangka panjangdari penerapan good corporate governance .
(3) meningkatnyakepemilikan saham oleh manajemendan investor institusi menyebabkantekanan kepada perusahaan untukmenerapkan good corporate governance  pun semakin besar,
(4) keberadaandewan komisaris dan komite auditdalam perusahaan dapat memantauperusahaan dalam melaksanakan good corporate governance.
(5) unsur budaya yang berkembang di lingkungan usahanasional sangat menunjangperkembangan penerapan good corporate governance . Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa hasilpenelitian ini Menerima hipotesis kedua.

Pengujian Hipotesis Ketiga
Interaksi corporate social responsibility dan
corporate governance menunjukkan tingkat signifikansisebesar 0,016, yang berarti bahwa corporate governance berpengaruh pada 36
hubungan pengungkapan CSR dengannilai perusahaan. Corporate governance   merupakan variabel pemoderasi padahubungan pengungkapan CSR dengannilai perusahaan. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa salah satu tujuanpelaksanaan corporate governance  adalah mendorong timbulnya tanggung jawab perusahaan pada masyarakatdan lingkungan. Kegiatan ini bertujuanuntuk mengoptimalkan nilaiperusahaan dengan tetapmemperhatikan pemangku kepentinganlainnya. Penerapan corporate governance  yang baik mendorongperusahaan melaksanakan aktivitasCSR sehingga dapat meningkatkanreputasi perusahaan. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa hasilpenelitian ini menerima hipotesisketiga.

6.  Kesimpulan
               Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengungkapan CSR dan corporate governance  pada nilai perusahaan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena menggunakan corporate governance sebagai variabel pemoderasi padahubungan pengungkapan CSR dengannilai perusahaan. Hasil pengujianhipotesis pertama menunjukkan bahwapengungkapan CSR berpengaruh padanilai perusahaan. Hasil ini memperkuathasil penelitian Harjoto dan Jo (2007),namun menentang hasil penelitianDahlia dan Siregar (2008) serta Nurleladan Islahuddin (2008). Hasil penelitianini memberikan arti bahwa parainvestor di Indonesia telahmempertimbangkan laporan tanggung jawab sosial perusahaan sehinggakebutuhan akan informasi tanggung jawab sosial merupakan salah satubahan pertimbangan dalampengambilan keputusan investasi.Apabila perusahaan memiliki kinerjasosial dan lingkungan yang baik, makaakan muncul kepercayaan dari investorsehingga direspon positif melaluipeningkatan harga saham perusahaan yang bersangkutan.Pengujian hipotesis keduamenunjukkan bahwa corporate governance  berpengaruh pada nilaiperusahaan. Hal ini menunjukkanbahwa investor bersedia memberikanpremium lebih kepada perusahaan yangmemberikan transparansi ataspelaksanaan good corporate governance  dalam laporan tahunan mereka.Semakin tinggi tingkat transparansiperusahaan, maka semakin tinggi pulanilai perusahaan yang ditunjukkandengan tingginya harga sahamperusahaan. Hasil penelitian inimemperkuat hasil penelitian Klapperdan Love (2002), Blacket al . (2003), danSilveira dan Barros (2006). Hasilpengujian hipotesis ketigamenunjukkan bahwa corporate governance  merupakan variabelpemoderasi pada hubunganpengungkapan CSR dengan nilaiperusahaan. Hal ini berarti penerapan good corporate governance  telah menuntun perusahaan untukmelaksanakan CSR sehinggameningkatkan nilai perusahaan.Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa pengungkapan CSR merupakankeunggulan kompetitif perusahaansehingga diharapkan dapatmeningkatkan kesadaran perusahaanuntuk mengimplementasi danmengungkapkan aktivitas CSR yangdilakukan. Setiap perusahaanhendaknya terus meningkatkankualitas dan kuantitas pengungkapankarena tingkat pengungkapan CSRpada perusahaan yang terdaftar di BEImasih sangat rendah dan belummengikuti standar yang dikeluarkanregulator. Selain itu, hasil penelitian inidiharapkan dapat memberikankontribusi bagi pihak-pihak yangberkepentingan seperti pemerintah,Bapepam, dan IAI dalam merumuskankebijakan, peraturan, dan standarterkait dengan tanggung jawab sosialperusahaan di Indonesia. Mengingatsemakin pentingnya pengungkapanCSR, maka regulator agar lebihmengintensifkan semua perusahaan yang terdaftar di BEI untuk melakukankegiatan CSR sebagai salah satu wujud 37 kesadaran dan tanggung jawab sosialperusahaan terhadap masyarakat dankelestarian lingkungan di sekitarperusahaan.Penelitian ini memilikiketerbatasan-keterbatasan. Pertama,data CSR yang digunakan dalampenelitian ini sebagian besar berasaldari laporan tahunan perusahaansehingga tidak semua itemdiungkapkan secara jelas. Itempengungkapan tanggung jawab sosialperusahaan yang digunakan penelitianini juga masih mengacu padainstrumen yang digunakan olehSembiring pada tahun 2005.Berdasarkan keterbatasan tersebut,penelitian selanjutnya diharapkanuntuk menganalisis aktivitas CSRperusahaan secara lebih mendalampada laporan tanggung jawab sosialterpisah serta memperbaharui itempengungkapan tanggung jawab sosial yang telah disesuaikan dengan kondisimasyarakat saat ini. Kedua, adanyaketerbatasan data tentang indeks corporate governance  menyebabkan penelitian ini menggunakankepemilikan manajerial, kepemilikaninstitusional, proporsi komisarisindependen, dan jumlah anggota komiteaudit sebagai proksi untuk mengukurpraktek corporate governance . Penelitianselanjutnya diharapkan untukmengembangkan suatu instrumenpengukuran khusus untuk menghitungindeks corporate governance pada perusahaan publik di Indonesia.

Judul Jurnal : The effect of Corporate Governance On The Relationship Between
Corporate Social Responsibility Disclosure And Corporate Value
Pengarang : Herlina Samsi1, Mushar Mustafa2, Grace T. Pontoh
Tahun : 2014
Penerbit : University of Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Badung 80361, Bali, Indonesia



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS