Beredarnya dokumen intelijen Australia
tentang penyadapan telepon Presiden Yudhoyono, menteri, diplomat, dan pejabat
negara Indonesia membuat Menlu Marty Natalegawa meradang. Inilah sejarah
penyadapan intelijen Australia di Indonesia. Menlu Marty menarik Dubes
Indonesia di Australia sebagai bentuk protes terhadap aksi penyadapan intelijen
Australia. Ini dilakukan untuk meminta penjelasan praktik penyadapan tersebut.
Bagaimana sesungguhnya cerita intelijen Australia melakukan penyadapan telepon
atau alat komunikasi penjabat negara Indonesia? Kapan intelijen Australia
memata-matai Indonesia?
Inilah sejarah intelijen dan gerakan
mata-mata Australia di Indonesia, seperti ditulis oleh Philip Dorling dalam
harian Australia The Age hari ini, 19 November 2013. Australia mendirikan
kantor kedutaan di Jakarta pada 1954. Kedutaan Australia itu menjadi stasiun
luar negeri pertama gerakan rahasia intelijen Australia dan menjadi prioritas
utama bagi ASIS (Australian Secret Intelligence Service) Dalam buku harian Duta
Besar pertama Australia, Sir Walter Crocker, terungkap bahwa ASIS melakukan
perekaman atau pun penyadapan sinyal pertahanan Indonesia secara rutin sejak
pertengahan 1950-an. Lalu apakah penyadapan intelijen Australia kepada Presiden
Yudhoyono dan beberapa pejabat negara Indonesia terkait dengan misi gerakan
mata-mata intelijen Australia pada 1950-an?
Hubungan diplomatik Indonesia dan
Australia kembali memanas. Ini dipicu sebab terungkapnya aksi penyadapan
telepon seluler Presiden Yudhoyono dan sejumlah pembantunya oleh intelijen
Australia. Indonesia melalui Menlu Marty Natalegawa menunjukkan reaksi kerasnya
terhadap penyadapan yang dilakukan intelijen Australia. Padahal, intelijen dan
keamanan adalah bagian poin penting kerja sama diplomatik kedua negara.
Apakah Indonesia tidak tahu tentang
kerja intelijen Australia? Bagaimana sejarah intelijen Australia bekerja di
Jakarta? Dalam tulisan Phillip Dorling yang dipublikasikan oleh harian
Australia The Age,
Kedutaan Besar Australia di Jakarta yang didirikannya adalah pusat operasi
intelijen Australia pertama di luar negeri. Jakarta menjadi markas besar
intelijen Australia untuk memonitor negara-negara lainnya. Di kalangan
komunitas intelijen ASIS (Australian Secret Intelligence Service) Jakarta sudah
menjadi popular karena menjadi lalu lintas operasi penyadapan.
melalui dinas mata-mata elektronik
Defence Signals Directorat ASIS yang melakukan penyadapan secara rutin sejak
pertengahan 1950-an. Pada 1960, GCHQ membantu membongkar sinyal pertahanan dari
mesin sandi Hagelin yang diproduksi Swedia, yang juga digunakan Kedutaan
Indonesia di Canberra.Pada 1970-an, fasilitas radio ‘sinyal pertahanan’ yang
ada di Shoal Bay, di luar Darwin, telah memantau komunikasi militer Indonesia.
Ini dipakai intelijen Australia untuk mendapatkan informasi rencana Indonesia
yang melakukan invasi serangan pendudukan Timor-Timur.
Operasi intelijen Australia terus
bergerak dan bekerja hingga tahun 1999. Intelijen Australia masih memiliki akses
yang luas untuk merekam komunikasi militer dan sipil Indonesia. Ini diketahui
ketika laporan rahasia intelijen Australia saat monitoring Indonesia dan
Timor-Timor bocor.Peristiwa yang mengejutkan bagi intelijen Australia adalah
ketika milisi (militer) Indonesia membakar ibukota Timor-Timur, Dili, pada
September 1999.
Sesudah Timor-Timur merdeka melalui
jajak pendapat pada 1999, operasi intelijen Australia terus berlanjut. Apakah
penyadapan Indonesia yang dimulai sejak 1954 dan berlanjut hingga 1999
saat Timor-Timur merdeka berlanjut ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
berkuasa?
Australia
janji tak lagi sadap pejabat Indonesia
Kepala Badan Intelijen Negara Marciano Norman
mengatakan intelijen Australia telah menyakinkan Indonesia bahwa tidak akan ada
lagi penyadapan terhadap para pejabat Indonesia. "BIN sudah berkomunikasi
langsung dengan intelijen Australia dan dalam komunikasi kami mereka menyatakan
bahwa sekarang dan ke depan itu yang penting tidak ada lagi, itu bahasa mereka
ya, mereka meyakinkan tidak ada lagi penyadapan," katanya di Kantor
Presiden,
Ia mengungkapkan, dari informasi yang diterimanya terdapat data-data yang menunjukan pelanggaran dalam penyadapan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat pada kurun waktu 2007-2009.
Ia mengungkapkan, dari informasi yang diterimanya terdapat data-data yang menunjukan pelanggaran dalam penyadapan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat pada kurun waktu 2007-2009.
"Saya rasa pihak mana pun
tentunya, tidak akan men-declare (mengumumkan) sudah dikerjakan, tetapi
dari beberapa informasi yang kita terima, bahwa ada data-data yang memang
terjadi pelanggaran itu pada kurun waktu itu," katanya. Menurut dia, dalam
kerjasama intelijen antarnegara, penyadapan hanya boleh dilakukan terhadap para pelaku yang
dinilai akan mengganggu stabilitas keamanan dan hal itu harus berkoordinasi
dengan badan intelijen negara setempat. Penyadapan terhadap aktor selain itu
adalah pelanggaran.
"Sekarang yang berlaku adalah kita
sama-sama punya agen kita di beberapa negara dan itulah perwakilan resmi dari
badan intelijen negara lain yang ada di Indonesia dan mereka melakukan
koordinasi dengan kita, apabila memang ada informasi yang dibutuhkan dua negara
itu untuk klarifikasi itu dilakukan," katanya.bIa menambahkan,
"apabila mereka melakukan hal-hal di luar kewenangan yang diberikan, itu
adalah pelanggaran, dan itu harus dinyatakan bahwa kita tidak bisa
terima."
Sementara itu, Presiden Yudhoyono melakukan pertemuan dengan Duta Besar Indonesia untuk Australia Najib Riphat Kesoema untuk mendapatkan laporan terkini mengenai isu itu.
Sementara itu, Presiden Yudhoyono melakukan pertemuan dengan Duta Besar Indonesia untuk Australia Najib Riphat Kesoema untuk mendapatkan laporan terkini mengenai isu itu.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa,
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri
Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Sekretarsi Kabinet Dipo Alam dan Kepala Badan
Intelijen Negara Marciano Norman hadir dalam pertemuan itu.
0 komentar:
Posting Komentar