BI Yakin Investasi di Indonesia Masih Menarik
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meyakini daya tarik Indonesia bagi investor asing masih besar kendati perekonomian Indonesia tengah melambat. Menurut dia, perekonomian Indonesia cukup diperhitungkan selama 10 tahun belakangan ini lantaran tingkat pertumbuhan ekonominya yang selalu di atas 5,5 persen. "Perekonomian kita dihormati oleh negara asing,"
Deviasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang nilainya paling kecil juga merupakan faktor penarik investor asing. Meskipun ada penyesuaian, kata dia, tujuannya adalah merespon laju inflasi pasca kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
Di sisi lain, menilai perlambatan pertumbuhan ekonomi yang dialami Indonesia berada pada level wajar. Ia mengatakan penyesuaian struktur penggunaan dana murah akan terjadi di negara-negara lain dalam kurun 2009 hingga 2013.
"Kita harus bersiap diri atas perubahan kondisi tersebut,"
Adapun penyesuaian yang dilakukan Bank Indonesia salah satunya merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, yakni menjadi 5,5-5,9 persen dari patokan semula 5,8-6,2 persen. Bank sentral juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan menjadi 5,8-6,2 persen dari perkiraan semula 6-6,4 persen. Juru bicara Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah mengatakan perlambatan ekonomi dari sisi domestik terlihat dari hasil survei yang dilakukan oleh lembaganya
Perkembangan sektor properti di Indonesia tengah menggeliat. Dalam laporan Indonesia Economic Quarterly 2013, Bank Dunia mengingatkan Indonesia untuk mewaspadai ancaman bubble (penggelembungan ekonomi) dari sektor properti.
Bank Dunia menyoroti kenaikan permintaan properti, khususnya untuk sektor apartemen, ritel, perkantoran, serta lahan industri. Dua faktor yang menurut Bank Dunia memicu bubble properti di Indonesia, yaitu peningkatan harga jual apartemen yang naik 45 persen (yoy), ruang kantor yang naik sekitar 43 persen (yoy), dan sewa lahan industri yang naik di atas 22 persen (yoy).
Faktor kedua yang memicu potensi bubble properti di Indonesia, menurut laporan Bank Dunia adalah tingkat pertumbuhan kredit apartemen yang melaju kencang hingga mencapai 84 persen (yoy), pinjaman dari bank ini turut memicu potensi bubble properti.
Direktur Eksekutif Departemen Hubungan Masyarakat BI Diffi Ahmad Johansyah menuturkan, BI mendapat hasil survei Emerging Trends in Real Estate @Asia Pacific 2013 yang dilakukan oleh Urband Land Institute, New York USA. Survei tersebut menempatkan Jakarta sebagai kota yang paling diminati sebagai lokasi properti yang paling menarik di Asia Pasifik.
Indonesia memiliki nilai properti hampir USD 189 miliar dan berada di peringkat ketujuh dengan kontribusi nilai properti di dunia, mendekati negara-negara maju seperti Brazil, Rusia, India, dan China (BRIC).
Kendati demikian, BI optimis sektor properti di Indonesia belum masih jauh dari ancaman penggelembungan (bubble). Sebab, kebutuhan properti di Indonesia masih sangat tinggi sedangkan ketersediaan masih sangat kurang.
"Backlog (kebutuhan properti) 13-15 juta. Suplai per tahun 1-1,5 jt”
Bank Indonesia terus memantau perkembangan harga properti di Indonesia. BI terus memantau perkembangan sektor properti baik harga maupun perkembangan kreditnya. BI mendapati bahwa sektor properti, utamanya properti hunian dengan tipe bangunan 70 meter persegi, terus mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi. Kita juga pantau di berbagai kota tentang kreditnya. Memang terjadi beberapa perbedaan, misalnya pada bulan Desember 2012 pertumbuhan KPR di atas 70 meter per segi, masih 47 persen, untuk Februari 2013 sudah turun tapi masih relatif tinggi menjadi 42,8 persen.
0 komentar:
Posting Komentar